*kisah selanjutnya...
***
Kelam. Hilang. Melebur
bersama segala kepahitan hidup yang tak bertepi.
***
“
Cepat bereskan barang – barangmu sayang… Kita nggak punya waktu banyak lagi. Sebentar
lagi pasti mereka datang…” kata mama Ren gusar.
Ren
masih saja mematung dibalik jendela kamarnya. Menatap langit malam yang
mengelam. Ya. Entah kenapa semua warna -semenjak hari itu- tak seindah warna yang
sejatinya.
“
Ren…Tolong ngertiin keadaan kita sekarang. Cepat kamu bereskan barang –
barangmu. Kita akan kembali ke Jogja malam ini juga.”
Ren
tertohok. Dengan berat Ren menelan ludahnya. Pahit. Ya, hidup memang tak selalu
manis.
“
Ren! Kamu dengerin mama nggak? Mama capek! Terserah kamu sekarang. Mama akan ke
Jogja malam ini juga!”ucap mamanya. Kali ini dengan nada yang lebih tinggi dan
penuh emosi.
“
Mama…” lirih Ren. Air mata lagi – lagi membasahi pelupuk matanya yang sudah
beberapa hari ini bengkak.
“
Mama jangan marah… Ren akan selalu ikut mama kemanapun mama pergi. Cuma mama
yang aku punya sekarang.” isak Ren.
Dengan
penuh kelembutan mama Ren memeluk anak semata wayangnya itu. Mungkin memang hanya
Ren, satu – satunya orang yang mampu membuatnya tetap tegar menjalani
kehidupan.
“
Jangan nangis lagi ya, sayang. Mama akan selalu memperjuangkan kehidupan kita. Mama
akan selalu menemani langkahmu mengejar masa depanmu…” lirih Mama Ren. Lirihan
yang mungkin sama sekali tak terdengar oleh pendengaran Ren.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar